Minggu, 31 Mei 2015

refleksi setelah melakukan kunjungan ke panti jompo



REFLEKSI
Nama                          : Widi Astuti
NIM                            : 131134208
Kelompok                  : 5C
Tempat                       : Panti Werdha Santa Monika, Boro Kulon Progo
Hari, Tanggal            : Minggu, 16 November 2014
            Boro, 16 November 2014 yang lalu saya melakukan kegiatan CSL yang saya laksanakan di salah satu panti lansia di Boro Kulon Progo. Awalnya saya itu malu dan lumayan grogi harus bertemu dengan simbah-simbah yang ada di panti tersebut. Kebetulan di panti ini keseluruhan penghuninya adalah wanita. Akan tetapi setelah saya mulai berinteraksi dengan beberapa orang disana saya menjadi lebih nyaman. Kegiatan awal kami disana adalah melakukan perkenalan dan selanjutnya kami mengajak simbah-simbah yang tinggal disana untuk senam sederhana bersama-sama. Saya dan beberapa teman membaur dengan simbah-simbah disana dan senam bersama. Salah satu simbah yang senam bersama saya terlihat malu-malu ketika melakukan senam. Di sela-sela senam yang kami lakukan saya masih ingat betul bahwa simbah yang senam bersama saya itu mengatakan bahwa kegiatan seperti ini walaupun ia malu tapi mampu membuat hati beliau senang. Beliau tersenyum dengan lebarnya dan memperlihatkan mulutnya yang sudah ompong. Saya tertawa melihatnya, di dalam hati saya bersyukur apabila simbah ini bisa senang dengan kehadiran kami. Salah satu yang kemudian membuat saya semakin bersemangat untuk melakukan kegiatan CSL ini. Dengan melihat kebahagiaan mereka, tawa mereka, itu adalah kepuasan tersendiri bagi saya. Artinya simbah-simbah yang ada disana dapat menerima dengan baik niat baik kami untuk sekedar berbagi cerita dengan kami.
            Setelah senam bersama usai, kami melanjutkan kegiatan dengan sharing bersama simbah-simbah dan juga teman-teman yang melakukan CSL disana. Beberapa dari kami mulai bercerita pengalaman pribadi kami masing-masing untuk memancing simbah-simbah disana untuk bercerita. Ketika kami telah selesai menceritakan pengalaman pribadi kami, kemudian beberapa simbah disana juga menceritakan pengalaman mereka sewaktu masih muda. Ada yang menceritakan pengalamannya saat masih muda dan belum tinggal di panti, dan ada juga simbah yang menceritakan riwayat hidupnya dari mulai beliau masih muda hingga merantau di Jakarta dan kemudian menikah hingga suaminya meninggal dan kemudian beliau mengikut salah satu Suster dan akhirnya tinggal di panti tersebut. Yang saya ingat dari simbah ini adalah beliau memberikan nasihat yang sangat luar biasa. Beliau mengatakan bahwa sebagai generasi muda yang hidupnya serba mudah tidak seperti masa muda beliau seharusnya kita memiliki semangat yang tinggi. Kita harus terus berjuang demi cita-cita yang ingin kita capai dengan memanfaatkan kemudahan yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya.
Salesai sharing kemudian waktunya bagi simbah-simbah mendapatkan snack, ketika itu saya membantu salah satu simbah yang sudah tidak bisa berjalan dan beliau hanya duduk di atas kursi roda. Saya membantu membuka bungkus roti dan kemudian menyuapi simbah itu. Awalnya saya menyuapi simbah seperti saya menyuapi orang lain, memotongkan rotinya dengan ukuran yang lumayan besar. Tetapi simbahnya terlihat kesulitan, kemudian salah satu teman saya memberitahu bahwa menyuapinya sedikt-sedikit saja. Saya baru sadar bahwa simbah itu ternyata sudah ompong, pantas saja tidak bisa seperti orang-orang pada umumnya yang mampu melahap roti dengan mudahnya. Dari sini saya mulai belajar bagaimana menyuapi seorang yang sudah sepuh dengan baik. Di sela-sela saya menyuapi simbah itu, beliau selalu menatap saya dan tersenyum. Agak takut dan gerogi sebenarnya ketika beliau menatap saya seperti itu. Akan tetapi dari tatapannya itu saya seperti menangkap suatu rasa bahagia dari beliau. Sepertinya beliau senang diperhatikan seperti ini, disuapi makan dengan rasa perhatian yang besar. Saya sedikit terharu dengan kejadian seperti ini, tapi saya berusaha tetap tersenyum, saya tidak mau meneteskan air mata di depan orang yang tengah bahagia dengan apa yang saya lakukan ini. Tetapi yang menjadi halangan adalah ketika simbah ini mengatakan sesuatu, saya tidak mampu menangkap apa yang beliau katakan. Saya tidak mengerti apa yang beliau ingin sampaikan. Saya hanya tersenyum dan menjawab seadanya walaupun mungkin tidak nyambung dengan pertanyaan yang dilontarkan simbah itu.
Setelah itu saya dan salah satu teman memanfaatkan waktu luang setelah pemberian snack dengan berbincang-bincang bersama simbah-simbah yang lain. Saya mengobrol dengan simbah yang usianya saya perkirakan menginjak usia 70 tahun. Beliau ini tinggal tidak jauh dari panti. Dulu beliau tinggal bersama saudara karena beliau tidak menikah dan orang tua serta kakak-kakak beliau sudah meninggal. Akan tetapi ketika saudara beliau sudah meniggal, baliau memutuskan untuk tinggal di panti karena merasa tidak enak dengan anak-anak dari saudara beliau, hingga akhirnya beliau memutuskan untuk lebih baik tinggal di panti Santa Monika tersebut. Hal yang lucu dan selalu membuat saya tertawa ketika mengingatnya adalah, beliau lebih dari dua kali menanyakan kota asal saya, padahal rentang waktu mengobrol kami tidak lebih dari 15 menit. Seperti anak kecil yang masih polos, beliau mengulang pertanyaan yang sama beberapa kali. Kami juga sempat berbincang-bincang mengenai kegiatan mereka sewaktu di panti. Ternyata simbah-simbah yang masih kuat berjalan dan memiliki fisik yang lebih kuat dibanding yang lainnya itu masih mencuci bajunya sendiri. Hal yang menurut saya luar biasa, dengan usia dan fisik yang tak lagi muda namun mereka masih mandiri melakukan itu.
Banyak hal yang mampu saya petik dari kegiatan ini, saya harusnya lebih bersemangat dalam menghadapi tantangan apapun di dalam kehidupan saya. Simbah-simbah yang sudah tua saja masih semangat menjalani hidup, apalagi kita yang msaih jauh lebih muda dibandingkan mereka. Saya juga belajar lebih menghargai orangtua yang sudah membesarkan dan merawat saya hingga saat ini. Saya harus lebih menyayangi mereka, menghormati dan terus menjaga mereka hingga mereka beranjak tua dan tidak mampu lagi melakukan kegiatan sehari-hari mereka seperti simbah-simbah yang ada di panti. Dan kelak saya yang harus menjaga dan merawat orangtua saya sama seperti mereka menjaga dan merawat saya hingga saya mampu menjalani hidup dan menikmati hidup deperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar