REFLEKSI
Nama :
Widi Astuti
NIM :
131134208
Kelompok :
5C
Tempat :
Panti Werdha Santa Monika, Boro Kulon Progo
Hari, Tanggal :
Minggu, 16 November 2014
Boro, 16 November 2014 yang lalu saya melakukan kegiatan
CSL yang saya laksanakan di salah satu panti lansia di Boro Kulon Progo.
Awalnya saya itu malu dan lumayan grogi harus bertemu dengan simbah-simbah yang
ada di panti tersebut. Kebetulan di panti ini keseluruhan penghuninya adalah
wanita. Akan tetapi setelah saya mulai berinteraksi dengan beberapa orang
disana saya menjadi lebih nyaman. Kegiatan awal kami disana adalah melakukan
perkenalan dan selanjutnya kami mengajak simbah-simbah yang tinggal disana
untuk senam sederhana bersama-sama. Saya dan beberapa teman membaur dengan
simbah-simbah disana dan senam bersama. Salah satu simbah yang senam bersama
saya terlihat malu-malu ketika melakukan senam. Di sela-sela senam yang kami
lakukan saya masih ingat betul bahwa simbah yang senam bersama saya itu
mengatakan bahwa kegiatan seperti ini walaupun ia malu tapi mampu membuat hati
beliau senang. Beliau tersenyum dengan lebarnya dan memperlihatkan mulutnya
yang sudah ompong. Saya tertawa melihatnya, di dalam hati saya bersyukur
apabila simbah ini bisa senang dengan kehadiran kami. Salah satu yang kemudian
membuat saya semakin bersemangat untuk melakukan kegiatan CSL ini. Dengan
melihat kebahagiaan mereka, tawa mereka, itu adalah kepuasan tersendiri bagi
saya. Artinya simbah-simbah yang ada disana dapat menerima dengan baik niat
baik kami untuk sekedar berbagi cerita dengan kami.
Setelah senam bersama usai, kami
melanjutkan kegiatan dengan sharing
bersama simbah-simbah dan juga teman-teman yang melakukan CSL disana. Beberapa
dari kami mulai bercerita pengalaman pribadi kami masing-masing untuk memancing
simbah-simbah disana untuk bercerita. Ketika kami telah selesai menceritakan
pengalaman pribadi kami, kemudian beberapa simbah disana juga menceritakan
pengalaman mereka sewaktu masih muda. Ada yang menceritakan pengalamannya saat
masih muda dan belum tinggal di panti, dan ada juga simbah yang menceritakan
riwayat hidupnya dari mulai beliau masih muda hingga merantau di Jakarta dan
kemudian menikah hingga suaminya meninggal dan kemudian beliau mengikut salah
satu Suster dan akhirnya tinggal di panti tersebut. Yang saya ingat dari simbah
ini adalah beliau memberikan nasihat yang sangat luar biasa. Beliau mengatakan
bahwa sebagai generasi muda yang hidupnya serba mudah tidak seperti masa muda
beliau seharusnya kita memiliki semangat yang tinggi. Kita harus terus berjuang
demi cita-cita yang ingin kita capai dengan memanfaatkan kemudahan yang ada
saat ini dengan sebaik-baiknya.
Salesai sharing
kemudian waktunya bagi simbah-simbah mendapatkan snack, ketika itu saya membantu salah satu simbah yang sudah tidak
bisa berjalan dan beliau hanya duduk di atas kursi roda. Saya membantu membuka
bungkus roti dan kemudian menyuapi simbah itu. Awalnya saya menyuapi simbah
seperti saya menyuapi orang lain, memotongkan rotinya dengan ukuran yang
lumayan besar. Tetapi simbahnya terlihat kesulitan, kemudian salah satu teman
saya memberitahu bahwa menyuapinya sedikt-sedikit saja. Saya baru sadar bahwa
simbah itu ternyata sudah ompong, pantas saja tidak bisa seperti orang-orang
pada umumnya yang mampu melahap roti dengan mudahnya. Dari sini saya mulai
belajar bagaimana menyuapi seorang yang sudah sepuh dengan baik. Di sela-sela saya menyuapi simbah itu, beliau
selalu menatap saya dan tersenyum. Agak takut dan gerogi sebenarnya ketika
beliau menatap saya seperti itu. Akan tetapi dari tatapannya itu saya seperti
menangkap suatu rasa bahagia dari beliau. Sepertinya beliau senang diperhatikan
seperti ini, disuapi makan dengan rasa perhatian yang besar. Saya sedikit
terharu dengan kejadian seperti ini, tapi saya berusaha tetap tersenyum, saya
tidak mau meneteskan air mata di depan orang yang tengah bahagia dengan apa
yang saya lakukan ini. Tetapi yang menjadi halangan adalah ketika simbah ini
mengatakan sesuatu, saya tidak mampu menangkap apa yang beliau katakan. Saya
tidak mengerti apa yang beliau ingin sampaikan. Saya hanya tersenyum dan
menjawab seadanya walaupun mungkin tidak nyambung dengan pertanyaan yang
dilontarkan simbah itu.
Setelah itu saya dan salah satu teman memanfaatkan waktu
luang setelah pemberian snack dengan
berbincang-bincang bersama simbah-simbah yang lain. Saya mengobrol dengan
simbah yang usianya saya perkirakan menginjak usia 70 tahun. Beliau ini tinggal
tidak jauh dari panti. Dulu beliau tinggal bersama saudara karena beliau tidak
menikah dan orang tua serta kakak-kakak beliau sudah meninggal. Akan tetapi
ketika saudara beliau sudah meniggal, baliau memutuskan untuk tinggal di panti
karena merasa tidak enak dengan anak-anak dari saudara beliau, hingga akhirnya
beliau memutuskan untuk lebih baik tinggal di panti Santa Monika tersebut. Hal
yang lucu dan selalu membuat saya tertawa ketika mengingatnya adalah, beliau
lebih dari dua kali menanyakan kota asal saya, padahal rentang waktu mengobrol
kami tidak lebih dari 15 menit. Seperti anak kecil yang masih polos, beliau
mengulang pertanyaan yang sama beberapa kali. Kami juga sempat
berbincang-bincang mengenai kegiatan mereka sewaktu di panti. Ternyata
simbah-simbah yang masih kuat berjalan dan memiliki fisik yang lebih kuat
dibanding yang lainnya itu masih mencuci bajunya sendiri. Hal yang menurut saya
luar biasa, dengan usia dan fisik yang tak lagi muda namun mereka masih mandiri
melakukan itu.
Banyak hal yang mampu saya petik dari kegiatan ini, saya
harusnya lebih bersemangat dalam menghadapi tantangan apapun di dalam kehidupan
saya. Simbah-simbah yang sudah tua saja masih semangat menjalani hidup, apalagi
kita yang msaih jauh lebih muda dibandingkan mereka. Saya juga belajar lebih
menghargai orangtua yang sudah membesarkan dan merawat saya hingga saat ini.
Saya harus lebih menyayangi mereka, menghormati dan terus menjaga mereka hingga
mereka beranjak tua dan tidak mampu lagi melakukan kegiatan sehari-hari mereka
seperti simbah-simbah yang ada di panti. Dan kelak saya yang harus menjaga dan
merawat orangtua saya sama seperti mereka menjaga dan merawat saya hingga saya
mampu menjalani hidup dan menikmati hidup deperti sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar